Bekal menyambut Ramadhan, yang disampaikan oleh Ustadz Bacthtiar Nasir. Semoga bermanfaat dan mampu meningkatkan semangat, amaliyah dan penghayatan kita selama menempuh Ramadhan tahun ini.
Beliau adalah Pembaharu Islam (mujadid) pada abad ini. Karya dan jasa-jasa beliau cukup banyak dan sangat membantu umat Islam terutama dalam menghidupkan kembali ilmu Hadits. Beliau telah memurnikan Ajaran islam terutama dari hadits-hadits lemah dan palsu, meneliti derajat hadits. Nasab (Silsilah Beliau) Nama beliau adalah Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh al-Albani. Dilahirkan pada tahun 1333 H di kota Ashqodar ibu kota Albania yang lampau. Beliau dibesarkan di tengah keluarga yang tak berpunya, lantaran kecintaan terhadap ilmu dan ahli ilmu. Ayah al Albani yaitu Al Haj Nuh adalah lulusan lembaga pendidikan ilmu-ilmu syari`at di ibukota negara dinasti Utsmaniyah (kini Istambul), yang ketika Raja Ahmad Zagho naik tahta di Albania dan mengubah sistem pemerintahan menjadi pemerintah sekuler, maka Syeikh Nuh amat mengkhawatirkan dirinya dan diri keluarganya. Akhirnya beliau memutuskan untuk berhijrah ke Syam dalam rangka menyelamatkan agamanya dan karena takut terke...
Kondisi keagamaan, politik, ekonomi, sosial dan moral arab jahiliyah yang buruk, tentu sudah banyak orang yang mendengar, walaupun keburukan tersebut tidak sebanding dengan hancurnya peradaban bangsa lain di sekitar jazirah arab, seperti Byzantium, Persia, dan India. Bagaimana peperangan diantara kabilah-kabilah, kemusyrikan mereka, dan sebagainya, tidak perlu lagi diceritakan disini. Akan tetapi, tidak semua masyarakat Arab jahiliyah jahat, biadab, dan berkarakter negatif. Banyak juga dari mereka yang baik, tidak berzina, tidak minum khamr, tidak menumpahkan darah, tidak berbuat zalim, tidak memakan harta anak yatim, dan bersih dari transaksi riba. [1] Terdapat karakter positif yang menjadi modal tegaknya panji Islam. Di antaranya adalah: Pandai dan Cerdik Hati mereka bersih dan belum terkontaminasi oleh filsafat, mitos dan khurafat, tidak seperti masyarakat India, Romawi dan Persia yang hatinya telah terjangkit penyakit-penyakit tersebut. Berbeda de...
Radhar Panca Dahana ; Budayawan KOMPAS, 30 Mei 2014 KETIKA pemain belakang Barcelona, Dani Alves, dilanggar dengan keras oleh lawannya, pemain belakang Real Madrid, Pepe, anak remaja di sebelah saya sekonyong-konyong berteriak, ”Sudah... senter aja... senter aja!” Wajah remaja 14 tahun itu serius menatap kotak kaca, seolah ia berada langsung di stadion kesebelasan favoritnya, Nou Camp, Spanyol. ”Senter” sebuah istilah sepak bola tarkam (antarkampung) yang artinya menendang bola dengan kuat ke arah bagian penting tubuh orang lain, seperti kepala, dada, atau bagian alat vital. Keterkejutan saya dengan seruan keras anak itu tak ada apa-apanya ketimbang rasa kaget dan sedih saat mendengar jawaban yang saya dengar darinya ketika saya tak kuasa bertanya, ”Biar apa di-senter?” ”Ya, biar mati aja sekalian!” Kedua biji matanya tidak lepas dari layar kaca TV. Lain ruang dan waktu, seorang gadis kelas II SMP menuliskan kegelisahannya via Twitter kepada sang pacar tentang sal...
Comments
Post a Comment