Cinta, Pernikahan dan Pengkhianatan

Percintaan hari ini adalah percintaan ala sinetron, drama, film-film romantis, dan lagu-lagu melankolis. Dan kemudian, dari remaja putri hingga wanita separuh baya, tidak sedikit yang kemudian terhanyut "cinta begini" nya TANGGA.

Hati yang kosong dan rapuh, dibasuh roman-roman picisan hingga runtuhlah ia. Menyerah pada lantunan bait-bait hati yang merintih atas nama cinta. Manis sekaligus pahit, menghipnotis setiap detak jatungnya, tak jelas arah tujuannya.

Pernikahan semestinya atas suka sama suka. Tapi itu bukanlah modal satu-satunya membangun rumah tangga. Disana harus ada cinta, keceriaan, visi, misi, mimpi, komunikasi dan saling pengertian.

Cinta yang halal itu halal, cinta yang haram itu haram.

Cinta yang halal itu seperti cinta lelaki kepada istrinya, cinta wanita kepada suaminya, atau cinta seseorang kepada calon pasangannya.

Cinta yang diharamkan adalah manakala seorang lelaki mencintai wanita yang telah bersuami, hingga hati wanita itu terpesona. Rumah tangganya pun berantakan. Andaipun tak terjadi pengkhianatan, minimal akan sulitlah bahtera kehidupan, diracuni khayalan dan perasaan yang bodoh. Manakala sang istri lari dari tanggung jawab rumah tangga, hancurlah sudah. Begitu beratnya hal seperti hingga Rasulullah bersabda,

"Tidaklah termasuk golonganku, seseorang yang merusak wanita yang sudah bersuami."

Demikian pula jatuhnya cintanya seorang wanita bersuami kepada lelaki lain yang bukan suaminya. Harinya diisi khayalan, yang manakala dilanjutkan bisa menjerumuskannya ke lembah kenistaan. Hancurlah kehidupan pernikahan, hanya karena sekedar memenuhi hawa nafsu yang berujung kebinasaan. Sedangkan hawa nafsu adalah seburuk-buruknya dewa bagi seorang hamba di muka bumi.

Telah dikisahkan dengan luar biasa bagaimana seorang wanita bersuami yang jatuh cinta kepada Nabi Yusuf as. Ia yang mencintai lelaki lain yang bukan suaminya, mengkhianati cinta suaminya. Manakala tak berbalas, dipenjarakanlah lelaki idamannya.

Seharusnya cinta memiliki dasar dan gerbang. Ia memiliki buah dan tujuan. Gerbangnya adalah saling memandang, saling berbicara, dan saling bertegur salam. Pertemuan adalah gerbangnya percintaan.

Jika percintaan ini adalah sebuah percintaan yang haram, dan tidak segera dikendalikan dengan ketakwaan, maka tergulunglah ia olehnya, kemudian tenggelam. Dalam, dan semakin dalam. Sebagaimana dalam sebuah sajak,

Nafsu bagaikan api
Jika dibiarkan akan semakin berapi
Cegahlah saat ia masih bisa mati
Palingkan gairahnya
Sebab gairah cinta
Jika telah tiba
Telinga menjadi tuli
TULI

 Jika jiwa telah melampaui batas itu, ia akan selalu terbayang rupa yang membayangi, hingga sulit memisahkannya. Separuh aku, seperti bait syairnya Ariel NOAH.

Seorang yang telah buta akibat dimabuk asmara, maka ia telah tak mampu lagi mengendalikan dirinya, dalam suasana sempit, yang memang menjadi pilihannya. Orang yang melemparkan dirinya dalam kobaran api asmara, manalah mungkin selamat dari jilatannya. Alih-alih menyelamatkan diri, malah menikmati dirinya terbakar jilatan api.

Begitulah orang yang tengah kasmaran. "Mereka tidak mampu mendengar dan mereka (tidak mampu) melihat."

Cinta yang membara
Ketika telah sampai pada batasnya
tak mampu ia
melihat air bah
disangka riak
Ketika diarunginya
Tenggelamlah ia

Wanita bersuami, cukupkanlah cintamu dengan suami. Para pria beristri, berilah penghormatan pada kesetiaan istri-istrimu. Kunyahlah suka dan duka bersamanya.

Tutuplah pintu hati rapat-rapat, jangan biarkan hembusan lirikan menyusup di sela-selanya. Segera padamkan api yang menyala, sebelum ia membakar segalanya.

Jika kau rasakan getaran dari cinta yang haram, segeralah luruskan, hindari pandangan dan perbincangan, dan segala yang membangkitkan gairah percintaan. Jauhilah ia dari pandangan, sebab apa yang jauh dari pandangan, jauh pula dari hati.

Segeralah kembali kepada Allah, agar hati selalu terpaut kepada cinta yang halal. Jauhilah apa yang membangkitkan kerinduan kepada cinta yang haram. Manakala kita jujur dalam niat, Dia akan memenuhi janji-Nya.

Jika tak sanggup kau bendung asmara, maka simpanlah saja ia dalam jiwa. Bersabarlah terhadap apa yang menimpa. Selalu ada pahala bagi orang-orang yang bersabar.


Comments

Popular posts from this blog

Sikap Positif Bangsa Arab Jahiliyah Sebagai Modal Turunnya Islam di Jazirah Arab

Nasehat Elang Pada Anaknya

Tujuh Tanda Kebahagiaan