Cinta oh Cinta

"Engkau menganggap sedikit apa yg telah engkau perbuat dan menganggap banyak apa yg telah Dia berikan kepadamu."

Menurut Ibnu Qoyyim, ungkapan di atas adalah hukum cinta, bukan definisi cinta. Maka, waspada akan status kecintaan kita kepada Allah, manakala kita masih mengeluh atas apa saja pemberian Allah kepada kita.

Rasulullah saw, manusia terbaik, yang amal perbuatannya mustahil bisa ditandingi manusia manapun, bahkan merasa cukup tidur beralaskan tikar. Makan sehari, kemudian lapar sehari.

Siapa yang mencintaiNya, akan merasa betapa besar sekali dosanya, dan sedikit sekali taatnya.

Ketaatan orang yang mencintai, tentulah berbeda dengan ketaatannya orang yang takut. Maka lebih tinggi derajat orang yang taat kepadaNya karena cinta daripada karena takut. Tentu taat karena takut akan adzab Allah adalah sesuatu yang juga tinggi derajatnya.

Kemudian, orang yang mencintai akan memberikan apa saja, segalanya untuk yang dicintai. Maka siapa yang mencintai Allah, akan ia berikan, hidupnya, matinya, amal perbuatannya, hartanya, dan apa yang ia miliki untuk mendapatkan keridhoanNya.

Seorang pecinta juga mampu menghapus selain yang ia cintai dari hatinya. Ia selalu mengingat (berdzikir) untuk mengafirmasi kecintaannya itu. Ia berdzikir di siang hari, dan di tengah malam sehingga alam bawah sadarnya pun didominasi oleh kecintaan kepadaNya.

Seorang pecinta juga selalu berusaha mencari apa saja kekurangan yang ada pada dirinya, yang tidak disukai bahkan dibenci olehNya.

Ia sang pecinta juga mampu merasakan kehadiran yang ia cintai dalam setiap kesempatan, dan seolah-olah "melihat" yang ia cintai di setiap waktu dan di semua tempat.

Ia sang pecinta juga bermujahadah, berbuat sekuat tenaga untuk tidak berpaling dari yang ia cintai.

Sehingga seorang pecinta akan mampu melihat setiap peristiwa dengan mata hatinya. Saat dijalan, saat mendapatkan musibah, yang pertama ia pikirkan, apakah aku tengah mendapatkan pelajaran dariNya?

Dengan demikian, sang pecinta perlu mengetahui, apa kiranya sebab-sebab yang bisa mengantarkannya kepada kecintaan itu, antara lain:

  • Ia mendekat dengan mentadabburi al-Qur'an
  • Ia mendekat dengan melakukan perkara-perkara sunnah setelah yang fardhu
  • Ia selalu berdzikir dalam setiap kondisi dan setiap kesempatan
  • Ia berlatih mengalahkan egoisme dan kepentingan pribadi
  • Melatih hati untuk mengkaji dan memperhatikan asma dan sifat Allah
  • Menyaksikan kebaikan, pemberian dan nikmat dari Allah baik yang tampak maupun yang tidak. Berlatihlah untuk melihat kebawah agar hatimu bersyukur
  • Berlatih khusyu' ketika menghadapnya. jangan seperti seseorang yang hadir untuk berpaling, seperti anak yang memenuhi panggilan orang tuanya agar bisa segera berpaling darinya
  • Seringlah berkhalwat di waktu malam
  • Senang duduk bersama orang-orang yang tampak mahabbahnya kepada Allah dan menyimak pembicaraan mereka
  • Menjauhi segala yang menyebabkan hati menjauh, yaitu dosa

Comments

Popular posts from this blog

Sikap Positif Bangsa Arab Jahiliyah Sebagai Modal Turunnya Islam di Jazirah Arab

Abu Nawas Melarang Rukuk dan Sujud dalam Shalat

Canda Nabi - Nenek Tua dan Surga